Ayah, Aku Ingin Engkau Tau

Yah, beberapa hari yang lalu paman dan anak perempuannya berkunjung ke rumah kita. Aku senang sekali yah karena sudah lama kami tidak bertemu, apalagi ibu yang memang sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan abangnya ini. Paman banyak bercerita tentang keluarganya disana, gelak tawapun menghiasi percakapan mereka. Karena Aku bukan tipe orang yang suka berbicara panjang lebar, jadi Aku memilih untuk menjadi pendengar saja yah.

Paman bercerita panjang lebar, dia bercerita tentang apa saja perkembangan yang ia alami selama ini. Aku turut senang yah, karena paman sudah tidak seperti dulu lagi. Sekarang dia lebih maju dan sukses dibandingkan terakhir kali kita berkunjung ke rumahnya dulu.

Tetapi Aku sedih yah, ketika paman bercerita tentang anaknya. Dia bercerita bahwa kini anaknya telah sukses dirantau orang. Sebenarnya Aku juga bangga, karena anak paman itu berarti adik ku juga. Tapi Aku sedih yah, tidak ada yang membanggakan Aku selama menjadi penggantimu dirumah ini. Selama Engkau pergi, Aku lah yang dianggap sebagai penggatimu menjadi tulang punggung keluarga. Sayangnya Kau tidak akan kembali, itu artinya posisimu akan tetap menjadi tanggungjawabku.

Ayah,-Aku-Ingin-Engkau-TauAku sedih yah, Aku gak bisa membendung air mata ini. Aku ingin Kau tau apa yang selama ini telah Aku lakukan untuk keluarga ini. Aku ikhlas yah menjalankan tanggungjawab ini, tapi Aku ingin dianggap ada.
Mereka bisa saja sukses dirantau orang, begitupun dengan diriku. Tapi mereka masih punya ayah yang memegang Kendali keluarga mereka. Namun tidak untuk ku yah. Posisimu Aku yang ambil alih, tapi mereka tidak menyadarinya.

Aku yakin, kalau Ayah ada disini, pasti Ayah akan membanggakan Aku didepan mereka. Ayah pasti juga bangga terhadap keputusan-keputusan yang Aku pilih untuk keluarga ini. Tapi sayang, Engkau gak ada, dan gak akan pernah ada lagi. Akan tetapi Aku yakin, dimanapun Engkau berada, Engkau pasti melihat apa yang telah Aku lakukan selama ini.

Ayah, maafkan Aku yah…
Aku belum bisa menjadi yang terbaik untukmu. Mungkin aku tak pantas menjadi pengganti dirimu. Itu juga karena Engkau belum sempat mengajarkan Aku yah. Engkau begitu cepat pergi meninggalkanku, disaat Aku membutuhkan bimbingan darimu. Namun inilah Aku yah, anak sulungmu yang dulu pernah Kau banggakan.
Hanya dengan cara ini Aku bisa menuangkan isi hati ini yah, Aku gak tau harus kepada siapa lagi untuk bercerita panjang lebar seperti ini. Ku tuliskan semuanya dan hatiku menjadi tenang.

Yah, Aku harap Engkau bisa tenang disana. Engkau yang telah memilih Aku untuk menjadi penggantimu, jadi percayalah padaku. Aku akan lakukan yang terbaik untuk keluarga ini. Do’akan Saja untukku disana ya yah. Semoga Allah selalu memberikan rezki berupa kesehatan dan kejernihan hati juga fikiran kami.

 

RahmanBatopie, M.gs
Anak Sulungmu